Saturday, July 28, 2012

NdAk EnAkaN

Semalam ada seorang ustad berceramah tarwih dengan penuh semangat. Umurnya sekitar 65 tahunan, rambutnya sudah memutih semuanya, tp suaranya lantang dan menghentak-hentak. Sy yg tadinya terkantuk-kantuk jd hilang ngantuknya seketika, krn menurutku apa yang dia sampaikan sangatlah menarik.

Menurutnya sekarang ini kita banyak sekali kehilangan tradisi saling mengingatkan. Padahal manusia itu tempatnya salah dan lupa, dan Allah jg sdh mengingatkan dlm alquran supaya kt selalu saling ingat-mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.  Perhatikanlah saat ini disekitar kita ada banyak hal yang sebenarnya salah tapi jarang orang yang mau mengingatkan atau meluruskannya. Mungkin karena banyak sekali mi orang yang melakukannya sehingga menjadi pemakluman hal yang biasa dan tidak apa melakukannya, sudah lumrah !!! 

Semua itu karena kita mgkn saja terjangkiti sebuah penyakit 'tidak enak' atau ' takut orang tersinggung' jika diberitahu atau diluruskan. Juga di satu sisi kita sangat tidak siap untuk diluruskan, cepat tersinggung jika dibilangi (dinasehati).  

Menurutnya ini sangatlah berbahaya, jika kita sdh tidak lg mau untuk saling mengingatkan. Akan semakin byk pemakluman pada sesuatu yg salah, sehingga akhirnya menjadi biasa krn byknya org yg melakukannya. Sy jd ingat beberapa tahun lalu, ketika kasus video porno Ariel peterpan yg menghebohkan itu. Tiba2 saja semua org membicarakannya, lalu melihatnya tayangan itu bersama-sama tanpa merasa malu dan dosa, walaupun di tempat umum. Knp bs begitu krn byk org yg merasa wajar melihat video itu dengan alasan penasaran betulkah itu Ariel? Kalo cm penasaran knp nontonya sampai selesai padahal durasinya dlm bebepa menit. Saat itu krn kebanyakan orang melakukan itu, kt jadi 'tidak enak' atau 'takut org tersingung' jika diingatkan kalo melihat hal yg semacam itu salah.

Bahkan sekarang ini para dai pun sepertinya jg kebanyakan sedang terjangkiti penyakit ini, 'tidak enak' atau 'takut org tersinggung'. Jadinya ceramah yang disampaikan pun lbh banyak mengikuti selera org banyak, yang lucu, yang g terlalu keras, dll. Padahal kebenaran itu hrslah disampaikan walaupun pahit rasanya.

Mengingatkan dalam kebenaran adalah bentuk dr dakwah islam. Bukan cm di atas mimbar2 ceramah sj, tp harusnya dia hdr di setiap aktivitas kita. Kadang org melakukan kesalahan memang krn dia tidak tahu klo itu salah tp krn kitanya yg  tdak enakan, kt tdk meluruskanx. Bukankah itu jg adalah kesalahan?

Simaklah kisah berikut ini... Ada dua org sahabat yg dr kecil tumbuh bersama, mereka tetanggaan. Yg satunya ini org indonesia dr keluarga muslim yg taat. Sahabtx adlh seorang tianghoa yg non muslim. Mereka hidup rukun dan toleransi dlm beragama. Mereka dr sd sampai sma selalu bersama, hingga seperti saudara. Suatu ketika sahabat yg tianghoa ini kuliah ke eropa. Beberapa tahun kemudian dia kembali ke tanah air dan sdh memeluk islam, dia mendapatkan hidayahnya di Eropa.  

Ketika btemu dgn sahabatnya, dia pun marah dan menegur sahabatnya yg muslim itu, 'selama ini engkau tnyata tdk pernah peduli kpdku' sahabatnya pun heran, 'bukankah selama ini kt besar dan tumbuh bersama, kau pun tau betapa aku sdh menganggapmu seperti seorang saudara'. 'iya tp kau tidak pernah sekalipun mengabarkan ttg kebenaran islam kpdku, aku mendapatkan hidayah nanti setelah aku pergi ke Eropa, bagaimana klo seandainya sy tidak ke Eropa dan kau pun tdk pernah mengabarkan ttg islam kpdku jk sj aku mati dlm keadaan kafir saat itu, mgkn aku akan menuntutmu di akhirat krn kau menyimpan kebenaran itu tanpapernah sekalipun menyampaikanya kpdku'.

Budaya saling mengingatkan adalah tradisi islam yg sdh di praktekkan sejak awal islam ini tersebar. Tanda kecintaan kita pd sesama. Dan ttg islam lihatlah Abu Bakar Assiddiq, bgtu mendapatkan hidayah islam tanpa menunggu lama diapun segera mencari org2 yg disayanginya u mengabarkan ttg islam krn dia yakin benar akan  kebaikan yg ada pd islam dan dia tdk ingin mendapatkanx sendiri. Itulah dakwah kawan, semua krn cinta :).

Sama seperti kita, kalo dapat warung bakso yang enak misalnya, kita pasti akan memberitahukan dan merekomendasikannya ke orang-orang agar orang lain mencobanya juga. Nah islam ini kan the way of life, pernahkah kita menawarkan islam sebagai the way of life? ato jangan-jangan kt belum merasa dan mempraktekkan bahwa islam ini adalah rahmatan lil alamin, sehingga kita sungkan untuk menawarkannya (mengajarkannya) kepada orang lain.

Hmm...  seandainya sj suatu saat ada yg bertanya kpdmu untuk menjelaskan islam yg selama ini kau yakini, kira2 penjelasan seperti apakah yg akan kau berikan kawan? di indonesia mungkin kt berada dlm mayoritas lingkungan yang muslim, gimana jika suatu ketika kamu ke luar negri dan bertemu org yang ingin belajar ttg islam? 
Mari terus belajar dan menyampaikan ttg betapa indahnya islam ini.

Friday, July 20, 2012

BerdEBar-DeBaR mENYamBuT mu waHai RaMadHan

Sore tadi menjelang magrib tiba-tiba saja Aku diliputi bermacam-macam perasaan yg bercampur aduk. Haru, bahagia, dan berdebar-debar rasanya seperti sedang menunggu datangnya sesuatu yg begitu di damba. Ramadhan... Kembali hadir, teringat lg ramadhan tahun lalu yg rasa-rasax masih begitu jauh dari sempurna, dan tahun ini alhamdulillah diberikan kesempatan lagi oleh Allah untuk bisa bertemu ramadhan. Sungguh kawan bahagia rasanya sampai seorg kawan sempat bertanya kenapa mata ta merah? Ya ini bekas keharuan yg sempat hadir melepas mentari sya'ban dan menyambut hari penuh berkah, ramadhan. Marhaban ya ramadhan. 

Oh ya ada sebuah taujih dari ust. ramli, semoga bs menambah semangat kita menyambut datangnya ramadhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "marhaban" diartikan sebagai "kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu (yang berarti selamat datang)." Ia sama dengan ahlan wa sahlan yang juga dalam kamus tersebut diartikan "selamat datang." Walaupun keduanya berarti "selamat datang" tetapi penggunaannya berbeda. Para ulama tidak menggunakan ahlan wa sahlan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, melainkan "marhaban ya Ramadhan". Ahlan terambil dari kata ahl yang berarti "keluarga", sedangkan sahlan berasal dari kata sahl yang berarti mudah. Juga berarti "dataran rendah" karena mudah dilalui, tidak seperti "jalan mendaki". Ahlan wa sahlan, adalah ungkapan selamat datang, yang dicelahnya terdapat kalimat tersirat yaitu, "(Anda berada di tengah) keluarga dan (melangkahkan kaki di) dataran rendah yang mudah." Marhaban terambil dari kata rahb yang berarti "luas" atau "lapang", sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu disambut dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Dari akar kata yang sama dengan "marhaban", terbentuk kata rahbat yang antara lain berarti "ruangan luas untuk kendaraan, untuk memperoleh perbaikan atau kebutuhan pengendara guna melanjutkan perjalanan." Marhaban ya Ramadhan berarti "Selamat datang Ramadhan" mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan; tidak dengan menggerutu dan menganggap kehadirannya "mengganggu ketenangan" atau suasana nyaman kita. 

Marhaban ya Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah SWT. Ada gunung yang tinggi yang harus ditelusuri guna menemui-Nya, itulah nafsu. Di gunung itu ada lereng yang curam, belukar yang lebat, bahkan banyak perampok yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak melanjutkan. Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman, rayuan, semakin Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan. Tetapi, bila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan saat itu, akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga. Dan bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya, Allah Wallahu'alam.