Saturday, March 14, 2009

TeNtANG KesENdiRiAn (LaGi)

Manusia diciptakan sebagai makhluk individu dan makhluk social. Memang fitrahya seperti itu. Kita tidak bisa hidup sendiri karena kita adalah makhluk social yang perlu adanya kerjasama dan interaksi. Tapi sisi individualistic itu kadang juga mendominasi kita. Bahwa ada saat dimana kita merasa nyaman dengan kesendirian kita. Menikmati kesendirian dengan ditemani buku dan secangkir coklat panas misalnya, atau mencari inspirasi di tepi pantai seorang diri, atau mengerjakan sebuah tugas dan menikmatinya sendiri sampai tugas itu rampung. Kesendirian seperti ini adalah kesendirian yang sangat kita butuhkan disaat-sat tertentu. Kesendirian yang dengannya kita merasa nyaman di sana.

Dalam mengarungi hidup ini, tidak selamanya nyaman kan? Selalu saja ada Benturan-benturan yang menghiasinya. Dari benturan-benturan inilah sebenarnya kita sedang menempa seperti apa karakter kita. Benturan itu adalah ujian yang kebanyakan tidak membuat kita nyaman dengannya, menyita perhatian, menguras tenaga dan butuh perjuangan untuk mengatasinya. Rosulullah pernah bersabada, sesungguhnya kesabaran itu ada pada benturan yang pertama. Jadi jika sejak awal benturan itu menghampiri telah kita sambut dengan kesabaran maka setelah itu semuanya akan bisa kita lewati, itu yang saya pahami dari hadis Rosulullah tersebut.


Ada kalanya kita memang perlu menyendiri sekedar untuk berhenti sejenak. Dari segala penat, kegelisahan, keraguan dan dari kelemahan yang hadir. Untuk mengambil nafas, mengumpulkan kekuatan kemudian kembali melanjutkan perjuangan. Seperti ketika kita pergi mukhoyyam (berkemah di atas gunung) memanggul corel yang berat untuk longmarch (perjalanan jauh) dengan medan yang berat. Medan terjal dan mendaki membuat beban yang dipikul seakan semakin berat, disaat-saat seperti itulah perlu sejenak kita berhenti, menarik napas dalam-dalam, meregangkan otot agar mendapat kekuatan baru untuk mengangkat beban hingga sampai ke tujuan.

Fase kesendirian pernah dialami Rosulullah, para Nabi, Sahabat, dan orang-orang besar lainnya. Bagi mereka sesungguhnya kesendirian itu bukanlah duka maupun kesedihan. Kesendirian orang-orang besar dalam sejarahnya justru merupakan tahap pemunculan keistimewaan dan keunikan yang berbeda dibanding orang-orang pada zamannya. Inilah yang saya coba menyebutnya dengan kesendirian yang menghidupkan. Kesendiriaanya melahirkan sebuah kesadaran dan ‘kehidupan’. Kesendiriannya adalah sebuah awal dari karya-karyanya, karena di dalam ruang kesendirian itu ia mencoba merenungi, menganalisa dan mencari solusi dan kemudian melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

Kesendirian yang menghidupkan dicontohkan oleh Rosulullah saw. Lihat lah Ketika mekkah diguncang prahara kejahilian, ketika kondisi masyarakatnya sudah semakin dibutakan dengan kesyirikan, ketika nilai-nilai kemanusian tidak lagi dipedulikan, ketika tidak ada yang bisa memberikan solusi untuk memperbaiki semua itu, ketika itulah Rosulullah saw, menyendiri di gua hira, Mendekatkan diri kepada pencipta semesta raya mencari jawaban atas kegelisahan yang dirasakannya.

Kesendirian yang menghidupkan itu bisa datang dalam bentuk cobaan dan siksaan sebagaimana beberapa kisah ulama yang dalm kesendiriaanya tetap membela agama ini. Yang disaat banyak orang yang telah menyimpang dan keluar dari koridornya. Dia tetap berada dalam aqidahnya yang lurus. Sendiri berjuang karena kegetiran dan kepengecutan dari banyak orang. Maka sejarah telah mencatat nama-nama mereka, mengabadikan kisah mereka untuk terus menjadi inspirasi bagi generasi setelahnya.

Lihatlah kisah Yusuf bin Yahya Al-Buwaithi, iya adalah lelaki saleh murid imam Syafi’i. Dizamannya terjadi penyimpangan pemahaman bahwa alquran adalah makhluk. Sebuah doktrin baru yang aneh dan menyimpang, yang kita kenal dalam sejarah islam sebagai fitnah mu’tazilah tentang alqur’an adalah makhluk. Dia pun disiksa karena tidak mau mengakui bahwa alquran adalah makhluk. Dia dipaksa pergi dari mesir ke iraq dengan siksaan yang mungkin hanya dirinya yang sanggup memikulnya. Dilehernya dikalungi besi, kakinya diikat, antara kalung di leher dan besi di kaki itu masih diikat lagi dengan rantai besi. Orang-orang memintanya agar menyerah saja. Tetapi dengan tegas ia mengatakan. ”Dibelakangku, ada ratusan ribu orang yang tidak mengerti arti semua ini”. Dia memahami betul bahwa betapa ia harus berjuang melawan rasa sakit, dan mungkin saja kematian yang terasa sangat dekat dalam kondisi seperti itu. Ia memutuskan untuk bertahan dalam kesendiriannya yang melelahkan itu di tengah ratusan ribu orang yang ramai dengan ketidakmengertian.

Adalagi kisah yang lebih luar biasa yang diceritakan oleh baginda Rosul saw tentang seorang pemuda di zamannya yang semula dipersiapkan oleh sang raja untuk menjadi ahli sihir tetapi dia lebih tertarik belajar pada seorang ahli ibadah tentang aqidah yang lurus dan akhirnya dia pun menjadi seorang yang benar aqidahnya. Singkat cerita dia pun dihukum oleh sang raja dan diperintahkan untuk meninggalkan agama tauhid itu. Tapi dia tetap bertahan dengan keyakinannya. Sebagaimana gurunya yang telah dibunuh dengan cara di gergaji dari kepala hinggah terbelah kedua badannya. Sang raja memerintahkan pengawalnya untuk untuk membunuh pemuda itu dengan cara dilempar dari atas gunung, di tenggelamkan di dasar laut tapi tetap saja tidak berhasil dan malah pemuda itu datang sendiri ke sang raja untuk kembali menghadap siap menerima hukuman apa yang akan di dapat selanjutnya.

Dengan rasa heran Raja bertanya lagi kepadanya, “Bagaimana keadaan orang-orang yang membawamu?” Pemuda itu menjawab, “Allah telah menyelesaikan urusan mereka”. Ia melanjutkan, “Engkau takkan dapat membunuhku kecuali jika Engkau menuruti perintahku. Dengan itu, Engkau akan dapat membunuhku” “Apakah perintahmu?”, tanya Raja. Pemuda itu menjawab, “Engkau kumpulkan semua orang di suatu lapangan, lalu Engkau gantung aku di atas tiang. Kemudian ambillah anak panah milikku ini, letakkanlah di busur panah dan bacalah, “Dengan nama Allah, Tuhan pemuda ini..” Lalu lepaskanlah anak panah itu, dengan itu Engkau dapat membunuhku”. Akhirnya semua usul pemuda itu dilaksanakan oleh Raja dan ketika anak panah telah mengenai pelipis pemuda itu ia mengusapnya dengan tangannya dan langsung mati. Maka semua orang yang hadir berkata, “Kami beriman kepada Tuhan pemuda itu.”

Itulah kawan yang saya maksud dengan kesendirian yang menghidupkan!!!. Wallahu’alam.

No comments: