Thursday, December 31, 2009

LaMPu HiJAu Mi...! (pErJALaNan Di MuLAi)

terkadang saya masih merasa risih untuk mengenakan jas putih ku. jas yang seketika bila kukenakan orang mungkin akan memanggil ku, dokter. Padahal masih secuil ilmu yang kutahu untuk kapasitas seorang dokter. masih harus banyak belajar. *Gambatte ^_^*

dokter muda ato biasa juga dipanggil coas, alhamdulillah mulai aku tapaki jalan-jalannya september 2009. disaat teman2 angkatanku sudah meraih gelar dokternya, aku baru mo mulai menjelajahinya. tapi ndak apalah harus tetap semangat.

Bagian pertama ku adalah ilmu penyakit kulit dan kelamin istilah kerennya dermatology n venerology. waktu 4 minggu haruslah digunakan untuk belajar tentang penyakit2 kulit yang sangat banyak itu. serasa masih belum banyak yang belum saya tau eh... tiba2 harus ujian untuk pindah ke stase berikutnya. alhamdulillah lulus ja dan dapat A *nilai yang sangat jarang ku dapatkan waktu di pre klinik dulu hehehe*. terima kasih buat gubernur yang baik sekali dan dokter2 residen yang telah membimbing.

Monday, November 30, 2009

MuSim Apa sEkAraNG yaH

hujan.... akhirnya turun juga beberapa kali dalam sepekan ini di makassar. sempat merasakan derasnya waktu pulang dari rumah teman. waktu itu maunya nunggu sampe hujan reda tapi karena malam semakin kelam dan dingin, sudah kemalaman untuk waktu bertamu, watu menunjukkan pukul 00.00 dan sudah lama ndak maen hujan dan motor juga banyak debu yang menempel, akhirnya nekad juga aku menerobos hujan yang deras itu. asyiiiiik. 'mandi hujan tengah malam, jangan kau lakukan kalo hanya..." *ingat dangdut jadul* hehehe.....

hujan emang agak terlambat datangnya 2 tahun terakhir. mungkin akibat pemanasan global kali yah, sehingga membuat cuaca semakin susah untuk di prediksi. btw, kita g lagi sedang membicarakan hujan. tapi berhubung hujan sudah sering membasahi bumi, berarti sekarang sudah masuk musim penghujan. "hujan, ingatkan aku, tentang suatu masa" kata2 yang senada dengan itu banyak sekali ku baca di statusnya teman di fb. nddak tau juga yah, apa memang hujan selalu bisa memberikan kesan kepada banyak orang. kata teman saya hujan itu romantis. heh? apa hubungannya yah? *ada yang tau?*

ternyata sekarang ini ndak cuma musim hujan lho. coba aja perhatikan di jalanan, buah duren lagi banyak-banyaknya berarti bisa di sebut juga sedang musin duren kan? rambutan juga ndak mau kalah, mau juga di sebut musim rambutan juga toh. hehehe...

biasa kata musim itu dipake kalo sesuatu itu intens dan kapasitasnya lebih banyak dari biasanya yah. nah kalo gitu bulan ini bisa di sebut juga musim walimahan. banyak yang walimah euy... dulu pernah ada lagu dangdut juga, "nanti di bulan haji kita akan berjumpa lagi" hehehe sekarang kan lagi musim haji makanya musim nikahnya juga ikut. :D

ah... ngaur sekali tulisan ini. hanya sekedar ingin posting2 saja. coz sudah deadline. tiap bulan harus minimal 1 postingan. hehehe...

Tuesday, October 27, 2009

InDaHnYA SaLiNg MeNJaGa

“Oh indahnya saling menjaga, saling mengasihi karena Allah...” penggalan lirik opik dan amanda yang menyanyikan lagu tentang sedekah sudah beberapa hari ini ku ulangi di hp ku ketika waktu-waktu kosong ku . Ada hal yang begitu saja muncul ketika mendengarkan syair ini. Budaya untuk saling menjaga, saling mengasihi karena Allah. hm... terdengar sangat Indahkan...?

Penjagaan menurutku adalah sebuah sikap untuk melindungi sesuatu yang kita sayangi. Seorang ibu yang menjaga bayinya agar tidak digigit nyamuk hingga buah hatinya itu bisa tidur dengan pulas, misalnya. Penjagaan adalah salah satu bentuk ekspresi dari rasa cinta kita terhadap sesuatu, yang karena cinta itu timbulah rasa sayang. Penjagaan juga bisa berarti bahwa mengawasi agar apa yang diawasi itu selalu berada pada koridor yang benar dan menjadi baik. Misalnya seorang ayah, akan berbeda ketika dia menanggapi anak tetangganya dengan anaknya yang seharian bermain playstation, kalo anak tetangga mungkin dia tidak ambil pusing dan membiarkannya saja. Tapi karena ingin melihat anaknya baik, maka dia akan membatasi anaknya untuk sesuatu yang membuang-buang waktu tanpa memberikan kebaikan baginya kelak, maka disuruhlah anaknya untuk lebih banyak belajar. Bahkan mungkin kalo perlu pake acara ngomel-ngomel ato ditambah dengan cubitan sayang jika anaknya membandel (hehehe...)

Tuesday, September 29, 2009

BamBu YanG LuRUskaH Atau YanG BeNGkoK...?

"Sekarang ini kita harus hidup dengan filosofi bambu. biar bisa tetap eksis! kau lihat bambu itu, kalo dia lurus-lurus maka bisa dijamin batang pohon bambu yang lurus itu tidak akan bertahan lama karena akan dipotong oleh manusia untuk keperluannya." kata seseorang kepada saya ketika saya silaturahim kerumahnya.

“Nah sekarang ini kita nggak perlu terlalu jujur dalam hidup. Contohi itu bambu, Kalo bambu-bambu yang batangnya bengkok-bengkok, dia akan tetap hidup karena tidak bakalan dipotong. Makanya dalam hidup ini, kita sesekali ‘bengkok’ sedikit juga ndak apa-apa (na kana orang mangkasara ka, kalasian). Itu demi kelangsungan hidup kita. apa lagi kalo kau berada dalam dunia birokrasi. ah... kalo kau mau jujur terus menerus, bisa tergilas kau oleh kejamnya dunia ini. Menjadi orang baik itu lebih sering ‘makan hati’ nya. bisa-bisa kita dimanfaatkan ato dibodoh-bodoki untuk kepentingan mereka. Berat memang tp di situ mi mungkin jalan menuju surga”. begitu tambahnya. *Dalam hati ku ini orang sarannya untuk mematahkan semangat kita untuk jadi orang baik, ato gimana?* Hehehehe...

Dari pesan diatas seolah-olah prinsip ini mengajarkan kepada kita yang hidup dijaman yang sudah sangat edan ini. Bahwa menjadi orang baik itu susah. Kalo mau tetap eksis didalam kehidupan bermasyarakat jangan selalu menjadi orang yang lurus, karena ketika kita mencoba untuk lurus dengan segala idealisme kita maka siap-siaplah untuk segera terdepak dalam pentas kehidupan bermasyrakat. Begitu mungkin kesimpulan pendeknya.


Saya sempat berpikir dan mengiyakan dalam hati penjelasannya itu. karena hal ini rasa-ranya terjadi di dunia ku. Seolah-olah hal yang baik itu sudah menjadi asing di tengah-tengan kita. Mungkin ini hanya contoh-contoh kecil, ketika ada teman yang belajar mengisi waktu kosong ketika di kampus, diketawai dan dibilangi terlalu ‘bureng’ lah, mau sarjana sendiri lah, nyantai moko, dll. Kata-kata yang sebernarnya menjatuhkan semangat orang yang ingin menjadi lebih baik.

Ato seperti kata teman saya diawal-awal semester dulu sesaat sebelum ujian. "edede jamma ko terlalu jujur kalo ujian sebentar. Pake nggak mo nyontek segala! sekarang itu, intinya bagaimana kita harus lulus mata kuliah ini. kita harus cepat selesai!!!". Dan hanya sedikit orang saja yang saya lihat bisa bertahan di ruangan yang tidak mau menyontek. Mereka mungkin terlihat aneh. Ato bahkan dibilang pelit lah, nggak mau bantu teman lah, sok idealis lah, dll. Waktu itu memang pengawasnya nggak ‘sangar’ bahkan terkesan membolehkan seolah-olah berkata, “nyontek me ko asal jangan bersuara” nanti ketahuan dokter” heh...?!!!



Sedikit berbagi tentang nyontek. Semua orang tau kalo nyontek itu dilarang. Tapi masih saja menjadi kebiasaan saat ujian dari sebagian besar kita. (pasti ada yg bilang, “kita? Lo aja kalle...!” Hehehe). Kita nyontek karena ndak yakin dengan jawaban sendiri, karena persiapan belajarnya memang sangat sedikit. Dan juga perasaan malu kita kepada yang maha mengawasi (ALLAH), masih harus kita benahi lagi. Makanya untuk menutupi kekurangan (terlalu kasar kalo sa tulis kebodohan hihihi...) kita, dengan berbuat curang, maka menyontek lah pilihannya. Malu kalo nilainya E, maunya terus dapat nilai A tp belajarnya g seperti orang yang benar2 dapat A dari hasil usahanya sendiri, bukan dengan jalan nyontek.

Berlaku jujur itu memang berat to? Contohnya nggak nyontek dalam ujian. Bukannya saya tidak pernah nyontek. Pernah kok T_T (pengakuan dosa neh). di saat banyak mi teman2 ku sudah selesai, tinggal segelintir orang saja dari angkatan ku yang belum selesai. Di saat itu rasanya saran tentang bambu itu sangat tepat untuk saya lakukan, ‘bengkok’ sedikit biar bisa eksis. Di saat bertemu dengan seorang senior yang baru bisa mendapatkan Sked.nya setelah 8 tahun dan dia berkata pada ku, “kau tau man, dulu saya orang yang idealis sekali dalam hal menyontek, tapi ah... mo mi diapa, mungkin kemampuannku yang kurang. Kalo sya ndak tanggalkan dulu idealisme itu mungkin sampe sekarang saya belum Sked”. Akhirnya... kulakukan juga, hikz....

Tapi kau tahu kawan, selalu saja ada rasa bersalah ketika telah melakukannya. Dalam hati selalu berpikir, kalo mau melakukannya kenapa ndak dari dulu saja sejak awal semester. Apa bedanya kalo akhirnya dilakukan juga, meski di saat-saat terakhir. Tetap saja sudah berbuat curang. Dan insya Allah tak mau ku ulangi lagi. Ah... saya jadi merinding juga, tiba2 saya menghubungkan ini dengan kisah 2 orang bersaudara yang satu di kenal alim dan satunya lagi dikenal ahli maksiat, tapi dua orang ini mengakhiri hidupnya dengan caranya masing2. Si ahli maksiat menjemput maut saat melakukan amalan penghuni surga sehingga Allah ridho padanya. Dan si ahli ibadah mengakhiri hidupnya saat dia terbujuk rayuan setan dan meninggal dalam keadaan maksiat dan Allah murka padanya. Naudzubillahi min dzalik. “jangan kau menganggap sebuah dosa itu kecil ato menganggap remeh sebuah amal kebaikan. Boleh jadi dosa yang kau anggap kecil itu bisa membuat terbit murkanya Allah kepada mu. Dan boleh jadi amal yang kecil saja bisa menurunkan ridho Allah kepada mu”. Ya... Allah Ampuni aku.... T_T

Ah.. kita kembali lagi ke filosofi bambu (terlalu lama ngebahas nyontek) ^_^...

“Tidak apa ketika kita sesekali melanggar peraturan asalkan tidak ketahuan demi keberlangsungan dan eksistensi kita. Tidak apa sesekali berbuat curang toh kalo kita tidak berbuat begitu kita juga akan dicurangi. Akan Tersingkir.” Begitu katanya.

Menurutku ada yang sedikit salah ketika teman saya ini memandang filosofi bambu ini. Mungkin bisa kita pandang dari sisi yang berbeda. Misalnya, memang benar bambu yang lurus itu akan banyak dipotong dan dimanfaatkan oleh manusia. Sedangkan bambu yang bengkok-bengkok akan dibiarkan hidup begitu saja. Nah bukankah hidup ini lebih berarti kalo bisa bermanfaat bagi orang lain? Bambu yang bengkok boleh itu jadi hidup lebih lama, tapi dia hanya akan menghasilkan banyak sampah, toh akhirnya akan mati juga kan.

Jadi menjadi baik itu boleh jadi memang berat (kebanyakan kata ‘jadi’nya). Tapi dunia ini akan membutuhkan orang-orang baik. Orang-orang yang menjalankan prinsip hidupnya, yang secara universal diterima semua orang. Misalnya tentang kejujuran, kepedulian, tolong menolong, dan sebagainya.

Sungguh menyedihkan jika kita menjadi seperti apa yang digambarkan Allah dalam surah al’araf ayat 179: “.....mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.

Kenapa Allah menganalogikan bahwa manusia yang hanya diam dan tidak memanfaatkan segala potensi yang ada dalam dirinya untuk kemaslahatan diri dan lingkungannya lebih rendah dari binatang ternak? Karena, perhatikanllah bahwa binatang ternak dengan segala keterbatasan yang ada padanya itu bisa memberikan manfaat kepada apa yang ada disekitarnya, ulat sutra menghasilkan benang sutra yang indah, lebah menghasilkan madu, sapi mengahasilkan susu dan daging, itik menghasilkan telur, cacing bisa menyuburkan tanah, lantas muncullah pertanyaan itu. Saya bisa memberikan apa....?

Menjadi baik itu mungkin susah dan berat, sebagaimana Anas bin Malik menuturkan, Rasulullah SAW bersabda: “Akan tiba suatu masa pada manusia, dimana orang yang bersabar di antara mereka dalam memegang agamanya, ibarat orang yang menggenggam bara api.” (HR. at-Tirmidzi)

Dan dalam hadis lain Rasulullah bersabda,” Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing sebagaimana ia datang. Maka beruntunglah orang-orang yang asing.” Sahabat bertanya,” Siapakah orang-orang asing itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,” Yaitu orang-orang yang tetap shalih ketika manusia telah rusak.”(Silsilah ash Shahihah 1273).

Nah, tetaplah berusaha untuk selalu memperbaiki diri walaupun itu terlihat asing di ‘dunia’ mu, berpegang teguh pada apa yang kita yakini. Menghidupkan sunnah Rosul dan menjalankan Perinta Allah azza wa jalla. Karena semua akan indah pada kesudahannya.

So mau menjadi bambu yang lurus ato bambu yang bengkok ^_^v

MeMbeKasLaH RaMaDHaN kU

Gemuruh takbir mulai membahana di seluruh pelosok negeri, seluruh semesta memuji, mengagungkan dan membesarkan asma Allah menyambut hari kemenangan. Hati-hati orang beriman ikut bergemuruh. Ada sedih yang membuncah akan perpisahan dengan bulan suci ramadhan. Dan ada senyum kebahagiaan menyambut datangnya hari kemenangan.

Ah... perpisahan itu memang selalu mensisahkan kesedihan, apalagi dengan sesuatu yang kita cintai. Rasanya pertemuan itu begitu singkat. Padahal belum banyak rasanya amal sholeh yang seharusnya kita lakasanakan. Akan kah semua ibadah yang kita lakukan selama bersamanya, di terima di sisi Allah swt? Akankah kita mendapatkan Ampunan dari Allah? akankah Allah masih berkenan kepada kita untuk mempertemukan kembali dengannya, ramadhan, di masa yang akan datang? Ya Allah, kami menyesal lantaran belum mampu mengoptimalkan Ramadhan dengan baik. Padahal di situlah letak rahmat, ampunan, dan pembebasan dari siksa neraka. Itulah kesedihannya.....

Monday, May 25, 2009

pAk TuA

Setelah seharian mengikuti baksos di dua tempat berbeda. Dari pagi sampe malam. Dan disaat semua pasien telah diperiksa dan bersiap-siap untuk pulang. Ternyata ada lagi pasien yang keluarganya datang ke posko meminta agar kami kerumahnya. Disana ada yang sakit dan kondisinya yang tidak memungkinkan untuk datang di tempat pemeriksaan kesehatan.

Saya dan k syarif (sdh dokter mi tawwa) yang langsung ke rumah pasien. Ada seorang bapak yang tergeletak lemah di atas tempat tidurnya. Kakinya lumpuh sebelah. Tak bisa lagi dia gerakkan. Tubuhnya kurus kering kerontang, sampai kau dapat melihat jelas tulang-tulang rusuknya. Hei, ada tattoo kelelawar di sebagian besar dadanya. Terbentang. Di lengan kanannya juga ada. Beberapa luka bekas jahitan pun menghiasi tubuhnya. Si ibu yang mungkin sempat melihat tatapanku yang sedikit aneh, langsung menjelaskan. “Bapak dulu punya kebiasan buruk, suka mabok dan perokok berat. Dia termasuk orang yang ditakuti disini karena suka sekali berkelahi. Mungkin karena dulu begitu sekarang mi baru muncul akibatnya”.

Saturday, March 14, 2009

TeNtANG KesENdiRiAn (LaGi)

Manusia diciptakan sebagai makhluk individu dan makhluk social. Memang fitrahya seperti itu. Kita tidak bisa hidup sendiri karena kita adalah makhluk social yang perlu adanya kerjasama dan interaksi. Tapi sisi individualistic itu kadang juga mendominasi kita. Bahwa ada saat dimana kita merasa nyaman dengan kesendirian kita. Menikmati kesendirian dengan ditemani buku dan secangkir coklat panas misalnya, atau mencari inspirasi di tepi pantai seorang diri, atau mengerjakan sebuah tugas dan menikmatinya sendiri sampai tugas itu rampung. Kesendirian seperti ini adalah kesendirian yang sangat kita butuhkan disaat-sat tertentu. Kesendirian yang dengannya kita merasa nyaman di sana.

Dalam mengarungi hidup ini, tidak selamanya nyaman kan? Selalu saja ada Benturan-benturan yang menghiasinya. Dari benturan-benturan inilah sebenarnya kita sedang menempa seperti apa karakter kita. Benturan itu adalah ujian yang kebanyakan tidak membuat kita nyaman dengannya, menyita perhatian, menguras tenaga dan butuh perjuangan untuk mengatasinya. Rosulullah pernah bersabada, sesungguhnya kesabaran itu ada pada benturan yang pertama. Jadi jika sejak awal benturan itu menghampiri telah kita sambut dengan kesabaran maka setelah itu semuanya akan bisa kita lewati, itu yang saya pahami dari hadis Rosulullah tersebut.

Monday, February 16, 2009

KeLuaRgA BarU

Bayi mungil itu lahir. Tangisnya terdengar nyaring. Seketika lenyap gelisah sang ayah yang menanti kelahirannya sejak tadi. Rasa sakit si ibu pun segera terobati seolah telah diberi analgesia paling ampuh sedunia.Titik air mata itu jatuh juga. Bukan karena sakit, tapi karena bahagia. Hari yang dinanti itu telah tiba. Penantian 9 bulan lebih. Penantian yang terobati setelah mendengar tangis bayi mungil itu. Selamat buat akh iswan dan istri yang baru saja mendapatkan buah hati tercintanya. 15 februari 2009 di rumah sakit Pertiwi Makassar.

Saturday, February 14, 2009

KeSenDiRiaN : ANtaRA MeMBunUH daN MenGHiduPKan


Perasaan sendiri terkadang tiba-tiba saja menghinggapi kita. Saat kesendirian bisa saja berarti secara fisik kita sendiri atau secara psikologi kita merasa tidak ada lagi yang perhatian sama kita atau merasa tak nyaman ditengah keramaian. Dan kadang kesendirian itu menjadi pilihan kita. Nah kensendirian yang menjadi pilihan inilah yang saya bilang mungkin saja bisa membunuh dan menghidupkan.

Kesendirian yang membunuh

Contoh kasusnya seperti ini Ada saat dimana saya ingin menjauh dari segala hiruk pikuk dunia ini, ingin berlari dari semua masalah yang seolah tak pernah bosan untuk berkunjung, ingin menghapus semua penat di jiwa. Merasa kecewa mendapati keadaan yang jauh dari harapan atau idealisme saya. Ingin lepas dari semua amanah dan beban yang terasa tak sanggup lagi untuk dipikul, sebenarnya bukan tidak sanggup lagi dipikul, tapi lebih pada perasaan kecewa bahwa kenapa beban itu terasa saya sendiri yang menanggungnya (padahal cuma perasaan ku ji!!!). Diam dalam kesendirian menjadi pilihan. Mencoba menghindar dan tidak mau lagi peduli, terkesan melarikan diri. Semuanya dilakukan agar bisa menenangkan diri. Atau memilih kesendirian agar berharap bisa memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Disaat-saat seperti inilah kesendirian itu bisa saja mulai ‘membunuh’ ku secara perlahan. Membunuh semangat ku, membunuh ghiroh dan segala apa yang membuat saya tetap menapaki jalan ini. Membuat langkah terhenti!!! Dan bahkan bisa saja langkah itu mulai menjauh dari koridornya dan akhirnya hilang entah kemana, naudzubillah…

Di saat seperti ini, di saat kita terhenti dan memilih untuk menyendiri. Kesendirian yang membunuh! Maka datanglah segala macam alasan ‘pembenaran’ itu. “sudah mi deh, capek ma”, “edede sudah saatnya saya memikirkan diriku”, “ah.. banyak ji orang nanti gantikan ka”, “kenapa cuma saya sendiri yang kerjakan ini, mana kah yang lain?”, dan sebagainya, kata-kata yang semakin melemahkan kita.

Perasaan seperti ini pernah saya rasakan bahkan sangat sering malah. Saat saya merasa telah melakukan banyak hal. Padahal sebenarnya kalo dipikir-pikir lagi, ah.. apalah semua yang sudah saya kerjakan. Tentu masih belum ada apa-apanya. Teringat kata seorang senior saya waktu SMA, “jangan sampai antum merasa ada dimana-mana, terlihat dimana-mana, Tapi dimana-mana antum tidak dianggap. Karena ada tidak nya antum sama saja, Cuma datang untuk menyetor diri. Tapi keberadaan antum tidak dirasakan manfaatnya”. Astagfirullah…..

Maka berhati-hatilah jika kesendirian seperti ini sedang menimpamu kawan. Jangan engkau menjauh dari saudaramu, menghindar dan akhirnya engkau terpisah dari mereka. Disaat-saat lemah seperti ini seharusnya engkau semakin dekat dengan mereka, semakin dekat dengan saudara-saudara mu, meminta taujih agar bisa keluar dari perasaan-perasaan seperti itu.

Rosullullah pernah mengumpamakan kepada kita bahwa Sesungguhnya syaitan itu serigala kepada manusia, sebagaimana serigala terhadap kambing. Dia akan dengan mudah menangkap mana-mana yang jauh dan terpencil. Maka janganlah kamu memencilkan diri dan hendaklah kamu berjamaah dan mencampuri orang ramai serta menghadiri masjid.

Salah satu obat hati itu adalah berkumpul dengan orang-orang sholeh karena dengan begitu kita dapat merasakan semangatnya, merasakan sinar kesholehan, merasakan aura perjuangan untuk mewujudkan cita-cita mulia itu. Bahkan akan kau dapatkan itu hanya dengan menatap wajahnya…. !

Seperti waktu itu, sore yang diguyur hujan saat DS, perasaan malas pun menghinggapi dan ada langkah berat yang terayun karena benih-benih ketidak ikhlasan itu mulai menggerogoti. Tapi ketika melihat 2 orang ummahat yang menggendong anaknya sambil DS di tengah guyur hujan, dengan wajah yang terlihat lelah tapi ada keikhlasan disana, maka saat itu juga seakan aura itu mengalir ke tubuhku mengusir segala kemalasan itu.

Ketika perasaan kesendirian itu mulai melemahkan kita mungkin ibarat Seperti cahaya lilin yang mulai redup dan sebentar lagi akan mati, cobalah terus untuk menjaga cahaya itu. Awalnya mungkin akan susah, karena dia begitu rapuh digoyang angin kesana kemari. Hampir padam. Disitulah ujiannya kawan. Bagaimana kita menjaga agar cahaya itu tetap menyala mengusir gelap. Awalnya dia hanya bisa menyinari dirinya sendiri, lingkungan sekitarnya, kemudian sedikit demi sedikit terang menjadi seperti cahaya bulan tapi cahaya itu masih meminjam cahaya mentari. Berusahalah terus hingga cahaya itu seperti mentari yang semakin orang mendekat kepadamu semakin cahaya itu terang benderang. Dan akhirnya cahayamu itu bisa menghidupkan, menghidupkan cahaya-cahaya yang sama seperti mu dulu yang tadinya juga mulai meredup.

Intinya, Kesendirian yang membunuh adalah kesendiran yang dengannya kita semakin lemah dan akhirnya membuat kita terhenti, terhenti dari jalan mulia ini, jalan dakwah!

Wallahu’alam bishowab.

To be continue Kesendirian yang menghidupkan

Monday, February 2, 2009

AinUL MaRdiYyaH

Mungkin kisah ini sudah kita tau bersama dan sering kita dengar. Tapi insya Allah akan selalu menginspirasi.

Syekh Abul Laits As-Samarqondi menuturkan dari ayahnya dengan sanad dari Abdul Wahid bin Zaid, bahwa pada suatu hari, ketika kami sedang berada di majelis dan telah siap untuk pergi berjihad, serta aku telah memerintahkan kawan-kawanku untuk berangkat pada hari Senin, dan di tengah-tengah majelis itu ada seseorang yang membaca ayat yang artinya “Sesungguhnya Allah SWT telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS. At- Taubah: 111).
 
Tiba-tiba ada seorang pemuda yang berusia kurang lebih 15 tahun dan telah ditinggal syahid oleh ayahnya serta mempunyai warisan harta yang cukup banyak. Ia berkata, “Wahai Abdul Wahid, sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberi surga untuk mereka,” Aku berkata, “Benar, wahai sayangku.” la berkata kepadaku, “Wahai Abdul Wahid, aku persaksikan kepadamu, bahwa aku telah menjual diri dan hartaku untuk mendapatkan surga.” Aku berkata kepadanya, “Sesungguhnya tikaman pedang itu sangat sakit sedangkan kamu masih sangat muda. Aku khawatir kamu tidak akan tabah dan manjadi lemah dalam berjual beli itu.” la berkata kepadaku, “Wahai Abdul Wahid, pantaskah jika aku berjual beli dengan Allah lalu aku menjadi lemah? Aku persaksikan kepadamu, bahwa aku benar-benar akan berjual beli dengan Allah.”